Rabu, 24 April 2013

Perubahan dan Pengembangan Organisasi


A.    Faktor-faktor Perubahan Organisasi
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1.      Faktor Ekstern
            Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
            Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
            Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.
2.      Faktor Intern
            Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
o   Problem hubungan antar anggota,
o   Problem dalam proses kerja sama,
o   Problem keuangan.
            Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang digunakan.
            Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.

B.     Proses Perubahan
            Perubahan Organisasi merupakan modifikasi substantif pada beberapa bagian organisasi. Perubahan itu dapat melibatkan hampir semua aspek dari organisasi, seperti jadwal pekerjaan, dasar untuk departementalisasi, rentang manajemen, mesin-mesin, rancangan organisasi, dan sebagainya.
·         Dorongan untuk Berubah
            Alasan mendasar organisasi memerlukan perubahan adalah karena sesuatu yang relevan bagi organisasi telah berubah, atau akan berubah. Oleh sebab itu, organisasi tidak punya pilihan lain kecuali berubah juga. Perubahan ini terjadi karena adanya dorongan untuk berubah, yang berasal dari:
1.      Dorongan Eksternal
            Dorongan eksternal yang mendorong organisasi untuk mengadakan perubahan berasal dari lingkungan umum organisasi. Adanya aturan baru dalam produksi dan persaingan, politik, hukum baru, keputusan pengadilan, dan sebagainya akan mempengaruhi organisasi. Disamping itu, berbagai dimensi seperti teknologi, ekonomi dan sosiokultural juga mempengaruhi organisasi untuk melakukan perubahan.


2.      Dorongan Internal
            Pada dasarnya dorongan internal berasal dari dalam organisasi itu sendiri. Adanya revisi strategi organisasi oleh manajemen puncak, akan menghasilkan perubahan organisasi. Dorongan internal lainnya mungkin direfleksikan oleh dorongan eksternal. Misalnya, sikap pekerja terhadap pekerjaannya akan bergeser, seiring bergesernya nilai sosiokultural.
            Akibatnya mereka menuntut suatu perubahan dalam jam kerja, atau perubahan kondisi kerja. Dua Jenis Perubahan dalam Secara umum ada dua jenis perubahan dalam organisasi, yaitu:
            1.      Perubahan Terencana
            Perubahan terencana adalah perubahan yang dirancang dan diimplementasikan secara berurutan dan tepat waktu sebagai antisipasi dari peristiwa di masa mendatang.
            2.      Perubahan Reaktif
            Perubahan reaktif adalah suatu respon bertahap terhadap peristiwa ketika muncul.

C.        Langkah-langkah komprehensif dalam proses perubahan
            Ada tujuh langkah komprehensif yang ditempuh dalam proses perubahan organisasi. Langkah-langkah tersebut yaitu:
1.      Mengenali kebutuhan akan perubahan
2.      Menetapkan tujuan perubahan
3.      Mendiagnosis apa yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan
4.      Memilih teknik perubahan yang sesuai untuk mencapai tujuan
5.      Merencanakan implementasi untuk perubahan
6.      Mengimplementasikan perencanaan perubahan
7.      Mengevaluasi perubahan dan tindak lanjut

            Lembaga pendidikan tinggi kedokteran-kesehatan kesehatan sebagai suatu organisasi yang harus berkembang, perlu menyusun suatu rencana stratejik. Proses pengembangan rencana strategis terdiri dari tiga komponen yang saling terkait:

   1. Mengembangkan konsep bisnis dan membentuk sebuah misi dan visi yang akan mengarahkan tujuan-tujuan organisasi.
   2. Merubah misi ke dalam tujuan-tujuan kinerja yang spesifik.
   3. Merangkai sebuah strategi untuk mencapai kinerja yang ditargetkan.

Ketiga proses ini perlu untuk dikuak lebih mendalam sebagai dasar untuk memahami topik-topik berikutnya dalam manajemen strategis.

1. Pengembangan Misi dan Visi
            Manajer-manajer senior sangat  perlu mengemukakan pertanyaan " Bagaimana sebenarnya bisnis kita dan akan seperti apakah bisnis kita itu?" Pengembangan alasan-alasan yang dapat dipertangung-jawabkan untuk menjawab pertanyaan seperti itu mendorong para manajer itu untuk memikirkan bisnis macam apakah yang akan dibentuk dan visi/misi yang jelas yang akan diraih dalam kurun waktu lima atau sepuluh tahun mendatang. Jawaban manajemen terhadap pertanyaan seperti di atas memulai proses pengkreasian arahan bagi organisasi di dalam menciptakan identitas organisasi yang kuat dan jelas.
            Visi/misi manajemen yang diusahakan dibentuk adalah visi/misi organisasi dalam bentuk yang umum. Sebuah visi/misi akan menentukan aktivitas-aktivitas masa depan organisasi dan garis-garis besar haluannya "Siapakah kita, apa yang kita kerjakan, dan ke mana kita diarahkan." Pada prinsipnya, visi/misi menentukan tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh organisasi pada posisi bisnis tertentu.

2. Menentukan Objektif
            Alasan penentuan objektif adalah untuk merubah misi organisasi ke dalam bentuk target kinerja yang lebih spesifik, dalam hal ini adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan yang telah dicapai oleh organisasi. Penentuan objektif sebaiknya mengandung unsur yang menantang, yaitu usaha usaha untuk menetapkan seperangkat output yang diinginkan dan membutuhkan waktu untuk mencapainya serta perlu didukung oleh usaha-usaha yang penuh dengan kedisiplinan.

          Objektif jangka-pendek mengarahkan pada perbaikan-perbaikan yang perlu segera dilaksanakan dan hasil-hasil yang segera ingin dicapai oleh pihak manajemen. Objektif jangka-panjang mendorong manajer untuk mempertimbangkan apa yang dapat mereka lakukan saat ini untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan organisasi dalam upayanya meraih kinerja jangka-panjang.
3. Merangkai Sebuah Strategi
            Penyusunan strategi perlu menekankan pada isu-isu manajerial tentang bagaimana mencapai hasil-hasil yang telah ditargetkan dengan memperhatikan prospek dan situasi organisasi yang ada. Objektif adalah "muara" dari pencapaian target-target yang telah ditentukan, sedangkan strategi adalah "cara" pencapaian target-target itu. Oleh karena itu, strategi adalah alat manajemen untuk pencapaian target-target strategis. Tugas untuk membentuk strategi dimulai dengan analisis yang mendalam mengenai situasi internal ataupun eksternal organisasi. Dengan mengandalkan pemahaman mengenai "big picture," manajer dapat memformulasikan strategi untuk mencapai target-target strategis  dan hasil-hasil finansial.
            Strategi dapat didefinisikan sebagai cara untuk menggerakkan organisasi dan pendekatan-pendekatan manajerial yang digunakan untuk mencapai objektif organisasional dan untuk mencapai misi organisasi. Strategi organisasi cenderung merupakan gabungan dari pelaksanaan-pelaksanaan terdahulu, pendekatan-pendekatan yang sudah ada, dan tindakan-tindakan baru yang perlu dilaksanakan. Pada dasarnya, bagian terbesar dari strategi organisasi secara umum terdiri dari pendekatan-pendekatan dan paktek-praktek terdahulu yang dipandang perlu untuk diteruskan.

Tidak ada komentar: